Informasi dan komunikasi adalah dua kekuatan fundamental yang mendorong evolusi masyarakat dan perubahan sosial. Dalam sejarah manusia, setiap terobosan dalam teknologi komunikasi—mulai dari percetakan hingga internet—telah diikuti oleh pergeseran besar dalam struktur kekuasaan, norma budaya, dan partisipasi publik. Informasi berfungsi sebagai katalisator yang mengungkap realitas, sementara komunikasi adalah mekanisme yang mengubah kesadaran individu menjadi aksi kolektif. Interaksi dinamis antara keduanya sangat penting dalam memicu dan mempertahankan perubahan sosial yang signifikan.
Peran pertama informasi adalah sebagai Agen Pembangkit Kesadaran (Awareness Agent). Perubahan sosial seringkali dimulai ketika informasi baru, terutama yang mengungkap ketidakadilan, korupsi, atau isu lingkungan, menjadi tersedia secara luas. Informasi yang kredibel memberikan bukti dan konteks yang dibutuhkan masyarakat untuk mengidentifikasi masalah dan memahami perlunya aksi. Tanpa informasi yang akurat mengenai status quo, motivasi untuk melakukan perubahan akan tetap rendah dan tidak terarah.
Setelah kesadaran terbangun, komunikasi mengambil alih sebagai Fasilitator Mobilisasi Sosial. Platform komunikasi, terutama media sosial di era modern, menyediakan alat yang efisien dan cepat bagi individu untuk terhubung, mengorganisasi diri, dan mengoordinasikan tindakan. Kemampuan untuk menyebarkan pesan, menetapkan agenda, dan menggalang dukungan lintas batas geografis memungkinkan pembentukan gerakan akar rumput yang kuat, mengubah kekecewaan individu menjadi kekuatan politik yang terorganisir.
Komunikasi juga berperan penting dalam Mengubah Norma dan Nilai Budaya. Melalui paparan berulang terhadap informasi dan narasi yang berbeda—seperti melalui film, media sosial, atau kampanye kesadaran publik—pandangan masyarakat tentang isu-isu sensitif dapat bergeser. Komunikasi yang efektif menantang stereotip yang sudah mengakar dan mempromosikan inklusivitas serta penerimaan terhadap kelompok minoritas atau ide-ide progresif, yang pada akhirnya memicu perubahan nilai-nilai sosial secara kolektif.
Namun, di tengah kemudahan komunikasi, muncul tantangan etika dan sosial. Komunikasi modern, yang cepat dan terfragmentasi, juga dapat memicu Polarisasi dan Perpecahan Sosial. Informasi yang salah (misinformasi) atau manipulatif (disinformasi), ketika disebarkan melalui jaringan komunikasi yang bias secara algoritmik, dapat memperkuat pandangan ekstrem dan memperlebar jurang pemisah antara kelompok-kelompok yang berbeda, menghambat dialog yang diperlukan untuk perubahan sosial yang konstruktif.
Dalam konteks tata kelola, informasi dan komunikasi adalah alat utama Akuntabilitas dan Transparansi. Informasi publik yang mudah diakses dan komunikasi yang terbuka antara pemerintah dan warga negara mendorong pemerintahan yang lebih bertanggung jawab. Media yang berfungsi sebagai pengawas (watchdog) menggunakan komunikasi untuk menyebarkan informasi yang mengungkap penyalahgunaan kekuasaan, yang pada gilirannya menekan institusi untuk melakukan reformasi dan perubahan kebijakan yang positif.
Kesimpulannya, informasi adalah benih perubahan, dan komunikasi adalah lahan yang memungkinkannya tumbuh menjadi aksi sosial. Baik untuk melawan ketidakadilan, mendorong reformasi politik, atau mengubah norma budaya, efektivitas informasi dan komunikasi yang etis adalah penentu utama bagi kemajuan masyarakat. Untuk mencapai perubahan sosial yang positif, masyarakat harus berupaya keras memastikan informasi yang disebarkan akurat, dan komunikasi yang terjadi bersifat inklusif serta konstruktif.